about us

Minggu, 29 Maret 2015

Bapak Presiden Yang Terhormat, Jangan Menjadi Amnesia Pada Rakyatmu!



Bapak Jokowi yang terhormat, engkau adalah panglima tertinggi yang lahir dari ajang kontestasi politik negeri ini. engkau merupakan produk yang terlahir dari rahim rakyat yang bernama harapan, ya, harapan terhadap kegelisahan yang memuncak dari sekian panjang proses berbangsa yang menempatkan rakyat hanya sampai batas "atas nama" yang kemudian dikhianati dan menjadi anak tiri dari bangsanya sendiri.

Bapak presiden Jokowi, engkau adalah puncak manifestasi harapan rakyat yang menginginkan kesejahteraan dan kemakmuran, rakyat tak berharap lebih dari bangsa ini, mereka hanya ingin menjadi tuan rumah dan anak kandung di negeri mereka sendiri. memiliki hak hidup layak tanpa pandang bulu, mampu menyampaikan aspirasi dan keluhan pada pimpinan, mampu menjadi pertimbangan dan pijakan dari setiap keputusan pimpinan serta mampu tersenyum melihat keadilan dan perdamaian dihidupkan. Pak presiden, oleh karena itu kami menitipkan harapan kami padamu.

Seratus lima puluh hari pemerintahan mu berlalu pak presiden, banyak  kebijakan yang telah engkau putuskan. Setiap momen kami ikuti untuk melihat kebijakan-kebijakan yang engkau putuskan, setiap itu pula kami menanti kapan harapan-harapan kami engkau sisipkan dalam setiap kebijakan yang engkau putuskan. Tapi apalah daya, kebijakan yang engkau putuskan semakin menjauh dari harapan kami, semakin membuat kami sengsara dan semakin membuat kami anak tiri dari bangsa ini.

Bapak presiden, kami melihat para pejabat negeri ini semakin berlomba-lomba dalam membangun istana pribadi mereka dan juga semakin berlomba-lomba dalam memamerkan kemewahan yang mereka miliki. Sementara disisi lain, kami melihat keluarga, tetangga dan lingkungan masyarakat kami yang menangis, menjerit seolah kehilangan arah dan sandaran dalam hidup, kami menyaksikan itu pak presiden yang terhormat. Kami menyaksikan keluarga kami menjerit memenuhi biaya kebutuhan hidup yang terus melambung, kami melihat tetangga kami tak mampu berobat ke rumah sakit karena tak cukup biaya, kami melihat kriminalitas yang bertebaran dengan sebab susahnya lapangan pekerjaan dan kami melihat masyarakat kami rela mengorbankan keluarga, kewarganegaraan bahkan nyawa mereka dan bergabung dengan pasukan ISIS yang menjamin kesejahteraan mereka.

Bapak presiden, mungkin kami hanyalah bagian dari negeri ini yang tak mampu bernegosiasi langsung untuk memastikan kebijakanmu pro rakyat, mungkin kami bukanlah pembisik yang mampu menekan psikologis mu untuk segera menekan kebijakan yang pro rakyat, tapi ketahuilah bapak presiden yang terhormat, dahulu engkau hanyalah kemungkinan, dahulu engkau bukanlah kepastian, namun kini engkau adalah kepastian dari kepastian kami mendukungmu, meski kami hanya bermodal percaya padamu kala itu. Dahulu kami adalah penentu atau kepastian itu sendiri dan kini kami hanya ingin mempertahankan kepastian itu melalui kebijakanmu, meski nampaknya kini kami hanyalah kemungkinan atau bahkan mitos dipandanganmu.

Bapak presiden yang terhormat, kami tegaskan, kami menolak menjadi kemugkinan atau mitos dari jiwa pikiran hingga tindakanmu yang menyebabkan arah kebijakanmu jauh dari harapan rakyat. Bapak presiden yang terhormat, kami akan bergerak dan tampil dipermukaan untuk mengingatkan engkau akan kami rakyatmu, kami akan menghiasi setiap momentum dengan berbagai tindakan agar engkau sadar. Bapak presiden yang terhormat, jangan menjadi amnesia terhadap rakyatmu!


                                                                                                          Indonesia, 30 Maret 2015


                                                                                                                 Rakyat Indonesia








Tidak ada komentar:

Posting Komentar